06/04/2021

Contoh Teks Pidato Bahasa Indonesia Tema Persatuan Indonesia

 Berikut adalah teks pidatoku ketika ujian praktik SMA kelas 12. Dalam membuat teks pidato yang akan ditampilkan, buatlah yang menarik. Misal ada pantun, lagu, puisi, dll. Jadi, ketika ditampilkan terlihat ada nilai plus nya hehe 😊

Semangat yang sedang ujian praktik dan untuk adik-adik kelas 12. Semoga ini sedikit membantu ya.

TEKS PIDATO TEMA PERSATUAN INDONESIA

Assalamualikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul dalam kesempatan yang berbahagia ini dalam keadaan sehat tanpa ada suatu halangan apapun.

Hadirin yang saya hormati

Wilayah geografis Indonesia terbentang dari sabang sampai merauke. Beribu-ribu pulau bersemayam berbagai suku bangsa dengan berbagai kebudayaan unik didalamnya. Aceh dengan tari samannya, Jawa Barat dengan angklungnya, Jawa Tengah dengan gamelannya, Yogyakarta dengan tari ramayananya, Jawa Timur dengan Reog Ponorogonya, Bali dengan tari kecaknya, dan masih banyak lagi kebudayaan Indonesia yang bahkan sudah mendunia.

Keragaman budaya tersebut membuat Indonesia dipandang unik oleh berbagai negara. Tak heran banyak warga asing yang datang ke Indonesia hanya untuk mempelajari budaya Indonesia. Jadi, haruskah kita kalah dengan orang asing yang sangat antusias mempelari budaya kita, sedangkan kita melupakan budaya kita sendiri? Bukan kah itu menjadi sindiran bagi diri kita sendiri sebagai warga Indonesia jika kita tidak mengerti akan kebudayaan daerah sendiri.

Kebudayaan akan terus hidup bila pemilik kebudayaannya peduli. Jika pemilik kebudayaannya acuh tak acuh, niscaya budaya akan hilang dengan sendirinya. Kebudayaan adalah nilai-nilai luhur yang tidak dapat dipisahkan dari negara dan bangsanya.  

Dalam sebuah kutipan yang diambil dari buku “Leksikon Kasus-teraan Indonesia” karya Pamusuk Eneste, 1990. Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam, atau tulang pelipis kami yang menjorok kedepan. Kami tidak akan memberikan suatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia, tidak meninginkan suatu hal yang menjulang dari kebudayaan, akan tetapi tentang penghidupan dari kebudayaan ini untuk generasi seterusnya.

Dalam kutipan sastra tadi dapat kita maknai bahwa kebudayaan bukanlah hal yang bersifat esensialis-deterministis, melainkan sebuah proses yang dapat terus menerus berlangsung.

Sedangkan bangsa sendiri merupakan rakyat yang bercampur baur tidak ber kotak-kotak oleh ras, golongan, atau pembagian yang asli dan yang tidak asli. Sehingga dari sifat saling menghargai antar sesama ini, dapat menimbulkan suatu kepercayaan dalam bersatu.

            Tak heran jika banyak ilmuan yang datang ke Indonesia hanya untuk sekedar meneliti, bagaimana bisa sebuah negara dapat bertahan dan kokoh dengan berbagai perbedaan. Dalam data statistik tahun 2010 jumlah kebudayaan di Indonesia yakni 742 bahasa, 7241 karya budaya, dan 1340 suku.  

Bahkan, dalam sebuah pertemuan, Presiden Ashraf Ghani menuturkan bahwa beliau kagum dengan Indonesia yang bisa rukun dan bersatu walau dengan berbagai perbedaan, padahal di Afghanisatan yang hanya memiliki 7 suku, ada 4 suku yang berkonflik hingga 40 tahun ini belum terselesaikan.

            Dari hal tersebut, patutlah kita bangga, jangan lah sampai sebuah perbedaan, bisa membuat perpecahan bagi negara kita sendiri.

            Pemerintah juga sudah memberikan wewenangnya untuk turut menjaga udaya Indonesia dalam pasal 32 ayat 1 berbunyi : “Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”

            Hadirin yang berbahagia,

Dalam sebuah kutipan sajak berbunyi :

Di masa pembangunan ini, tuan hidup kembali dan bara kagum menjadi api.

Didepan sekali, tuan menanti, tak gentar lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan keris di kiri, berselimpang semangat yang tak bisa mati.

Maju, inilah barisan tak bergendang berpalu, kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti sesudah itu mati.

Dalam puisi karya Chairil Anwar, ia sedang menggambakan sosok Diponegoro yang melawan penjajah dengan pasukannya, baik pengguna pedang (parang) maupun keris. Pangeran Diponegoro tidak membedakan pasukannya, mereka saling percaya satu sama lain, hanya untuk mengusir para penjajah untuk Indonesia merdeka.

Dalam hal ini, dapat disimpulkan : jika kita memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, tujuan yang sama, baik itu perbedaan yang jumlahnya beribu-ribu kepercayaan akan sesama akan terpatri dalam diri kita sendiri.

Satu Nusa Satu Bangsa ...............

            Terimakasih atas perhatiannya, apabila ada tutpur kata yang kurang berkenan di hati hadirin sekalian saya mohon maaf.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

0 komentar:

Posting Komentar