06/04/2021

Contoh Esai Tema Bahasa

 Ini dulu tugas esai SMA kelas 12. Maaf kalau ga berstandar tinggi ya, tapi semoga bisa jadi gambaran buat teman-teman yang sedang menulis esai. 

Oh ya teman-teman ingat..... ketika menulis karya tulis apapun, jangan lupa ditulis sumbernya. Misal Karya Tulis Ilmiah kan ada daftar pustakanya. Nah, kalau di esai, sumber dari kutipan yang diambil ditulis aja dalam kurung gitu.

Contohnya seperti di bawah ini yaaa 

Kembalikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Utiya Himmatul Hauni (34/XII MIPA 7)

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa). Di zaman yang semakin berkembang dan era globalisasipun tidak dapat dipungkuri oleh bangsa Indonesia. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, bahasa asing sudah sangat jelas berpengaruh terhadap bahasa Indonesia.

Sebagai warga Indonesia sendiri patutlah kita bangga dengan bahasa Indonesia. Karena banyak negara asing yang mempelajari bahasa negara kita. Vietnam misalnya, di negara ini bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi, sedangkan bahasa Vietnam sendiri menjadi bahasa kedua di negara tersebut. Bahkan, bahasa Indonesia telah menjadi mata pelajaran di seluruh sekolah dan universitas di daerah itu. (kaskus.co.id)

Tidak hanya di Vietnam, di Uzbekistan pun juga begitu. Sudah ada dua universitas besar di Uzbekistan yang memasukkan mata kuliah bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikannya.

Pertama, kampus yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pilihan kedua adalah Uzbekistan State World Languages University (UzSWLU). Kedua adalah kampus Tashkent State University of Oriental Studies (TSUOS).

Pemerintah RI melalui Kemristekdikti mengirimkan tenaga pengajar dosen bahasa Indonesia ke kampus di Uzbekistan untuk mengajar selama 1 semester. Pengiriman dosen ini bertujuan agar mahasiswa Uzbekistan dapat belajar langsung dari penutur asli bahasa Indonesia. Selain mengajarkan bahasa Indonesia, dosen juga diharapkan dapat mengajarkan budaya dan promosi tentang wisata Indonesia kepada mahasiswa dan masyarakat umum di Uzbekistan. (liputan6.com)

Siasat pengajar yang sekaligus memperkenalkan budaya dan keindahan Indonesia patut kita beri penghargaan. Tanpa bersusah memperkenalkan keindahan Indonesia sudah banyak tanggapan dari mahasiswa asing menganggap bahwa Indonesia sangatlah unik dengan keanekaragaman budaya, tradisi, dan kesenian yang menarik untuk dipelajari lebih dalam, sehingga banyak mahasiswa asing yang ingin mendapatkan beasiswa ke Indonesia.

Ironisnya warga negara Indonesia di era globalisasi ini malah melupakan bahasanya yang sudah dikenal oleh berbagai penjuru dunia. Hanya sekedar beranggapan bahwa bahasa asing lebih gaul dari pada bahasa Indonesia. Keikutsertaan bahasa asing dalam kehidupan bangsa Indonesia banyak menoreh pandangan bahwa bahasa asing dapat memajukan perekonomian negara berkembang seperti negara Indonesia. Kita sendirilah yang telah menjajah bahasa Indonesia dengan mengundang bahasa asing dalam berbahasa Indonesia.

Sebenarnya, hal tersebut hanyalah pandangan orang yang memiliki jiwa ke barat-baratan. Yang beranggapan bahwa suatu hal yang berbau barat atau modern lebih terjamin dalam segala hal. Bukankah sudah banyak pengertian bahwa kita harus cita dengan produk kita sendiri? Sudah banyak baliho, pamflet, surat edaran yang menganjurkan untuk “Cintai Produk Indonesia”. Lantas mengapa mengagung-agungkan hal yang bertentangan dari slogan  tersebut? Bukankah mencitnai hal yang dimiliki adalah sebuah bukti bahwa kita benar-benar bangga dengan memiliki hal tersebut.

Di berbagai studi kasus bahwa pengikut sertaan bahasa asing dalam konteks pembelajaran merupakan suatu bentuk keharusan karena bahasa internasional adalah bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Inggris, Sehingga adanya tuntutan yang mengharuskan rakyat Indonesia untuk mempelajari bahasa ini. Mempelajari bahasa asing tidak ada yang menyalahkan, akan tetapi mempelajari bukan berarti menghilangkan budaya bahasa sendiri. Sikap berbahasa warga Indonesia millennial ini cenderung hanya memikirkan hal yang menunjukkan agar dirinya terlihat lebih terpandang jika memakai bahasa asing. Sikap berbahasa masyarakat tersebut tanpa disadari telah menghacurkan bahasa Indonesia. Generasi tersebutlah yang telah menjajah bahasa dengan mengundang bahasa asing dalam bahasa Indonesia.

Seorang ahli bahasa DR Rajab Bahri  dalam sebuah forum diskusi terpumpun, di Grand Nanggroe Hotel, Rabu (24/11), yang digelar Balai Bahasa Provinsi Aceh. Beliau memberikan beberapa contoh kelatahan berbahasa Indonesia yang banyak menyusupkan bahasa asing. Misalnya penggunaan kata café yang seharusnya bisa ditulis dengan kata kedai.

Protes tersebut ditanggapi oleh narasumber dengan sudut pandang ekonomi, yakni DR Nurdasila Darsono. Beliau beranggapan bahwa belajar bahasa asing itu perlu, karena memang tuntutan zaman agar kita dapat bersaing di era globalisasi.

“Tapi tidak lantas kita memandang rendah bahasa sendiri. Hal-hal yang sederhana harus diindonesiakan. Misalnya kata exit untuk penunjuk jalan keluar. Kenapa tidak menggunakan bahasa Indonesia saja? Atau utamakan bahasa Indonesia dulu baru dalam kurung exit” ujar Rajab.

Bertentangan dengan pendapat DR Nurdasila Darsono, bila ditinjau dari sisi ekonomi memang ada untung ruginya menggunakan bahasa asing. Sebagai contoh penamaan toko dengan kata asing memang mempunyai nilal jual. Masyarakat yang pola pikirnya bahwa yang kebarat-baratan lebih hebat, lebih memilih produk, tempat, toko, tempat layanan jasa yang namanya berbau asing. (tribunnews.com)

Dalam contoh kasus tersebut membuktikan bahwa dominansi bahasa asing sudah semakin parah, tidak sadarkah bahwa kita telah terjajah dan telah membuang martabat bahasa Indonesia. Setiap tuntutan untuk memodernkan suatu hal memang perlu sebagai penunjang ekonomi, dan bahkan sangat dibutuhkan untuk wisatawan asing yang berada di Indonesia. Akan tetapi, benar ujar DR Rajab Bahri tadi bahwa mengapa tidak mendahulukan bahasa Indonesia sendiri? Bukankah di negara lain juga tetap mengutamakan bahasa mereka ketimbang bahasa internasional.

Suatu tuntutan pasti ada dampak positif dan negatifnya, penggunaan bahasa asing dalam berbahasa pun juga begitu. Misal dampak positifnya yaitu menambah perbendaharaan bahasa Indonesia dengan adanya kata serapan. Dengan ini bahasa Indonesia bisa semakin berkembang karena adanya tuntutan di era globalisasi, zamannya persaingan kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Kata serapan ini sendiri merupakan kata dalam bahasa asing yang telah diindonesiakan. Contoh kata serapan yang sering kita gunakan, “artist” dalam bahasa Inggris menjadi “artis” dalam bahasa Indonesia. Jadi terlihat bahwa bahasa Indonesia akan semakin kaya dengan adanya kata-kata baru yang berasal dari bahasa asing.

Sedangkan dampak negatifnya yakni mulai tergesernya bahasa Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia lebih mementingkan untuk mempelajari bahasa asing yang lebih menjanjikan untuk kedudukan dan taraf ekonomi yang lebih baik. Sebagai contoh, sebagian besar dan hampir semua perusahaan mengutamakan pelamar dapat berbahasa Inggris dan jarang perusahaan yang mengutamakan dapat berbahasa Indonesia.

Karena pemikiran perusahaan yang berambisi mendapatkan keuntungan lebih dengan adanya pegawai yang bisa berbahasa Inggris sehingga perusahaan dapat bekerja sama dengan perusahaan asing. Tidak mengapa jika dianggap untuk keuntungan, tapi janganlah menyesihkan begitu saja dengan pegawai yang berkemampuan lebih sekedar tidak bisa berbahasa Inggris.

Dominasi bahasa asing yang sudah sedemikian parah ini, kita sendiri harus tetap dapat memilah dan memilih lagi demi keutuhan negara Indonesia. Meskipun pada situasi bangsa Indonesia saat ini yang masih merupakan negara berkembang sehingga menyarankan penggunaan bahasa asing agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa maju lainnya.

Tetapi jangan kita lupakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa juga tidak boleh diabaikan dan tetap harus dipertahankan keberadaanya. Semua itu tergantung kembali kepada setiap individu masyarakat Indonesia dan jangan sampai bahasa asing menggeser bahasa nasional bangsa Indonesia.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar