Ini dulu tugas esai SMA kelas 12. Maaf kalau ga berstandar tinggi ya, tapi semoga bisa jadi gambaran buat teman-teman yang sedang menulis esai.
Oh ya teman-teman ingat..... ketika menulis karya tulis apapun, jangan lupa ditulis sumbernya. Misal Karya Tulis Ilmiah kan ada daftar pustakanya. Nah, kalau di esai, sumber dari kutipan yang diambil ditulis aja dalam kurung gitu.
Contohnya seperti di bawah ini yaaa
Kembalikan Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Utiya Himmatul Hauni (34/XII MIPA
7)
Bahasa adalah
kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya
menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa).
Di zaman yang semakin berkembang dan era globalisasipun tidak dapat dipungkuri
oleh bangsa Indonesia. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, bahasa asing
sudah sangat jelas berpengaruh terhadap bahasa Indonesia.
Sebagai
warga Indonesia sendiri patutlah kita bangga dengan bahasa Indonesia. Karena
banyak negara asing yang mempelajari bahasa negara kita. Vietnam misalnya, di
negara ini bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi, sedangkan bahasa
Vietnam sendiri menjadi bahasa kedua di negara tersebut. Bahkan, bahasa
Indonesia telah menjadi mata pelajaran di seluruh sekolah dan universitas di
daerah itu. (kaskus.co.id)
Tidak
hanya di Vietnam, di Uzbekistan pun juga begitu. Sudah ada dua universitas
besar di Uzbekistan yang memasukkan mata kuliah bahasa Indonesia dalam
kurikulum pendidikannya.
Pertama,
kampus yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pilihan kedua adalah
Uzbekistan State World Languages University (UzSWLU). Kedua adalah kampus
Tashkent State University of Oriental Studies (TSUOS).
Pemerintah
RI melalui Kemristekdikti mengirimkan tenaga pengajar dosen bahasa Indonesia ke
kampus di Uzbekistan untuk mengajar selama 1 semester. Pengiriman dosen ini
bertujuan agar mahasiswa Uzbekistan dapat belajar langsung dari penutur asli
bahasa Indonesia. Selain mengajarkan bahasa Indonesia, dosen juga diharapkan
dapat mengajarkan budaya dan promosi tentang wisata Indonesia kepada mahasiswa
dan masyarakat umum di Uzbekistan. (liputan6.com)
Siasat
pengajar yang sekaligus memperkenalkan budaya dan keindahan Indonesia patut
kita beri penghargaan. Tanpa bersusah memperkenalkan keindahan Indonesia sudah
banyak tanggapan dari mahasiswa asing menganggap bahwa Indonesia sangatlah unik
dengan keanekaragaman budaya, tradisi, dan kesenian yang menarik untuk
dipelajari lebih dalam, sehingga banyak mahasiswa asing yang ingin mendapatkan
beasiswa ke Indonesia.
Ironisnya
warga negara Indonesia di era globalisasi ini malah melupakan bahasanya yang
sudah dikenal oleh berbagai penjuru dunia. Hanya sekedar beranggapan bahwa
bahasa asing lebih gaul dari pada bahasa Indonesia. Keikutsertaan bahasa asing
dalam kehidupan bangsa Indonesia banyak menoreh pandangan bahwa bahasa asing
dapat memajukan perekonomian negara berkembang seperti negara Indonesia. Kita
sendirilah yang telah menjajah bahasa Indonesia dengan mengundang bahasa asing
dalam berbahasa Indonesia.
Sebenarnya,
hal tersebut hanyalah pandangan orang yang memiliki jiwa ke barat-baratan. Yang
beranggapan bahwa suatu hal yang berbau barat atau modern lebih terjamin dalam
segala hal. Bukankah sudah banyak pengertian bahwa kita harus cita dengan
produk kita sendiri? Sudah banyak baliho, pamflet, surat edaran yang
menganjurkan untuk “Cintai Produk Indonesia”. Lantas mengapa mengagung-agungkan
hal yang bertentangan dari slogan
tersebut? Bukankah mencitnai hal yang dimiliki adalah sebuah bukti bahwa
kita benar-benar bangga dengan memiliki hal tersebut.
Di
berbagai studi kasus bahwa pengikut sertaan bahasa asing dalam konteks
pembelajaran merupakan suatu bentuk keharusan karena bahasa internasional
adalah bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Inggris, Sehingga adanya
tuntutan yang mengharuskan rakyat Indonesia untuk mempelajari bahasa ini.
Mempelajari bahasa asing tidak ada yang menyalahkan, akan tetapi mempelajari
bukan berarti menghilangkan budaya bahasa sendiri. Sikap berbahasa warga
Indonesia millennial ini cenderung hanya memikirkan hal yang menunjukkan agar
dirinya terlihat lebih terpandang jika memakai bahasa asing. Sikap berbahasa
masyarakat tersebut tanpa disadari telah menghacurkan bahasa Indonesia.
Generasi tersebutlah yang telah menjajah bahasa dengan mengundang bahasa asing
dalam bahasa Indonesia.
Seorang
ahli bahasa DR Rajab Bahri dalam sebuah
forum diskusi terpumpun, di Grand Nanggroe Hotel, Rabu (24/11), yang digelar
Balai Bahasa Provinsi Aceh. Beliau memberikan beberapa contoh kelatahan
berbahasa Indonesia yang banyak menyusupkan bahasa asing. Misalnya penggunaan
kata café yang seharusnya bisa ditulis dengan kata kedai.
Protes
tersebut ditanggapi oleh narasumber dengan sudut pandang ekonomi, yakni DR
Nurdasila Darsono. Beliau beranggapan bahwa belajar bahasa asing itu perlu,
karena memang tuntutan zaman agar kita dapat bersaing di era globalisasi.
“Tapi
tidak lantas kita memandang rendah bahasa sendiri. Hal-hal yang sederhana harus
diindonesiakan. Misalnya kata exit untuk penunjuk jalan keluar. Kenapa
tidak menggunakan bahasa Indonesia saja? Atau utamakan bahasa Indonesia dulu
baru dalam kurung exit” ujar Rajab.
Bertentangan
dengan pendapat DR Nurdasila Darsono, bila ditinjau dari sisi ekonomi memang
ada untung ruginya menggunakan bahasa asing. Sebagai contoh penamaan toko
dengan kata asing memang mempunyai nilal jual. Masyarakat yang pola pikirnya
bahwa yang kebarat-baratan lebih hebat, lebih memilih produk, tempat, toko,
tempat layanan jasa yang namanya berbau asing. (tribunnews.com)
Dalam
contoh kasus tersebut membuktikan bahwa dominansi bahasa asing sudah semakin
parah, tidak sadarkah bahwa kita telah terjajah dan telah membuang martabat
bahasa Indonesia. Setiap tuntutan untuk memodernkan suatu hal memang perlu
sebagai penunjang ekonomi, dan bahkan sangat dibutuhkan untuk wisatawan asing
yang berada di Indonesia. Akan tetapi, benar ujar DR Rajab Bahri tadi bahwa
mengapa tidak mendahulukan bahasa Indonesia sendiri? Bukankah di negara lain
juga tetap mengutamakan bahasa mereka ketimbang bahasa internasional.
Suatu
tuntutan pasti ada dampak positif dan negatifnya, penggunaan bahasa asing dalam
berbahasa pun juga begitu. Misal dampak positifnya yaitu menambah
perbendaharaan bahasa Indonesia dengan adanya kata serapan. Dengan ini bahasa
Indonesia bisa semakin berkembang karena adanya tuntutan di era globalisasi,
zamannya persaingan kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kata
serapan ini sendiri merupakan kata dalam bahasa asing yang telah
diindonesiakan. Contoh kata serapan yang sering kita gunakan, “artist”
dalam bahasa Inggris menjadi “artis” dalam bahasa Indonesia. Jadi terlihat
bahwa bahasa Indonesia akan semakin kaya dengan adanya kata-kata baru yang
berasal dari bahasa asing.
Sedangkan
dampak negatifnya yakni mulai tergesernya bahasa Indonesia karena sebagian
besar masyarakat Indonesia lebih mementingkan untuk mempelajari bahasa asing yang
lebih menjanjikan untuk kedudukan dan taraf ekonomi yang lebih baik. Sebagai
contoh, sebagian besar dan hampir semua perusahaan mengutamakan pelamar dapat
berbahasa Inggris dan jarang perusahaan yang mengutamakan dapat berbahasa
Indonesia.
Karena
pemikiran perusahaan yang berambisi mendapatkan keuntungan lebih dengan adanya
pegawai yang bisa berbahasa Inggris sehingga perusahaan dapat bekerja sama
dengan perusahaan asing. Tidak mengapa jika dianggap untuk keuntungan, tapi
janganlah menyesihkan begitu saja dengan pegawai yang berkemampuan lebih
sekedar tidak bisa berbahasa Inggris.
Dominasi
bahasa asing yang sudah sedemikian parah ini, kita sendiri harus tetap dapat
memilah dan memilih lagi demi keutuhan negara Indonesia. Meskipun pada situasi
bangsa Indonesia saat ini yang masih merupakan negara berkembang sehingga
menyarankan penggunaan bahasa asing agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa
maju lainnya.
Tetapi
jangan kita lupakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa juga
tidak boleh diabaikan dan tetap harus dipertahankan keberadaanya. Semua itu
tergantung kembali kepada setiap individu masyarakat Indonesia dan jangan
sampai bahasa asing menggeser bahasa nasional bangsa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar